RAHMAT vs BENCANA
Posted By Roni Djamaloeddin on March 29, 2020
Perbedaan adalah rahmat.
Perbedaan adalah bencana.
Yang mampu mengunduh rahmatnya adalah yg mendapat rahmat dari Rabb.
Sedang yang mengunduh bencananya adalah yg tidak mendapat rahmat dari Rabb.
“Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang yang dirahmati Rabbmu” (Hud: 118-119).
Karenanya, Sabda Nabi (dawuh Guru) :
??? ???????????? ????? ????????? ???? ????? ?????????? ???????????? ????? ????????
“Janganlah kalian berselisih sebagaimana orang-orang sebelum kalian yang telah berselisih, sehingga kalian binasa sebagaimana mereka telah binasa”.
Perbedaan/perselisihan itu terjadi semenjak Nabi Adam–kalau sebelumnya watak manusia suka membuat kerusakan dan pertumpahan darah.
Perselisihan antara Qobil dan Habil, berakhir bencana (pembunuhan).
Perbedaan paham Irak Iran, mengakibatkan bencana perang yg bertahun-tahun.
Perbedaan pandangan keimamahan kekhalifahan (Imam Mahdi, Imam Zaman) atau rantai silsilah kepelanjutan Guru al Wasilata (Guru Wasithah), berakhir bencana pembunuhan Karbala (salah satunya).
Dan ratusan bencana lain. Di Aceh, yg disebut-sebut sebagai serambi Mekah–tempat bersinggah ilmu ma’rifat/ilmu Nubuwah yg asalnya dari Mekah–juga terjadi bencana (pembakaran kitab-kitab). Ini karena perbedaan kepelanjutan/kepenerusan Imam Mahdi (Imam Zaman). Serta masih jutaan bencana akibat perbedaan perselisihan paham.
Kemudian, yang mana / bagaimana yang dikatakan mendapat rahmat?
Mereka adalah :
- “Ora rumongso bener dewe” (tidak merasa paling benar) atas pemahaman pengalaman keyakinan yg dimiliki. Sebab memahami meyakini bahwa “benar merasa benar, derajadnya disisi Tuhan “luwih asor” (lebih hina) dibanding salah mau mengakui salah”.
- Ketika diposisi benar, kemudian disalahkan, maka bersabar lapang dada nglenggono. Mengitbak sikap watak pribadi Nabi yang ketika disalahkan dan dianggap gila dg lapang dada, menyadari bahwa mereka belum mengerti dan belum mendapat hidayah dari-NYA.
- Mampu mengendalikan egois emosi ketika perselisihan melanda menerjangnya. Yaitu dengan berpegang kuat atau silem (menyelam) mendalam pada Ilmu Dzikir, yang diperoleh dari yang berhak dan sah menunjukkannya.
- …open ended.
_________260318–belajar tafakkur mendalam dan share pemahaman pengalaman, dalam nderek nyengkuyung bela dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.