SAUDARA TUNGGAL FITRAH
Posted By Roni Djamaloeddin on November 27, 2019
Materi update sebelumnya telah dibahas bahwa “Ummatan Wahidah” adalah saudara tunggal fitrah. Ummat yang fitrahnya sama, asalnya sama, sama-sama dari Yang Maha Fitrah.
Namun kesadaran tunggal fitrah tersebut terpartisi atau termutilasi oleh jutaan sistem dan bentuk pengakuan. Sangat disayangkan sebenarnya. Tapi apa boleh buat, begitulah kenyataannya.
Karena itulah pintu sadar itu perlu dibuka. Perlu disentil (kalau perlu dishock terapi) agar mata rasionalnya dan mata hatinya memahami eksistensi jati diri. Menyadari bahwa saudara tunggal fitrah ini sama-sama apes-nistha-sengsaranya. Sama-sama telah menerima vonis ngeri nggegirisi dari Sang Pencipta : dzaluman jahula. Kejam lagi bodoh tolol.
Sehingga bila terbuka, akan saling tolong, saling mengasihi, saling bantu, saling membutuhkan, watawa shaubil haq watawa shaubishshabri dengan sendirinya. Karena merasa sama-sama senasib seapes dan seperjuangan.
Ibarat sesama urban sekampung yang ketemu di metropolitan. Atau sesama migran yang kebetulan seprofesi di negara petrodolar. Rasa saudara seasal senasib dan seperjuangan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Yang kemudian otomatis saling bantu dan saling membutuhkan tumbuh dengan suburnya.
Lha….bagaimana menyentil membuka pintu paham bin sadar itu sehingga memahami menyadari sebagai saudara tunggal fitrah?
Lalu apa yang perlu dilakukan bila kesadaran tunggal fitrah itu telah muncul?
Monggoo…..
_______251117 kerja bakti pikiran-perasaan dalam nderek ngawulo nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).
Kiranya banyak cara menyentil pintu kesadaran manusianya. Ide dasar tema ini telah memulainya. Mengkomen, memforward, mendiskusi, mengkritik, mencoba menalar nilai-nilai rasionalnya, …adalah pintu lanjutnya.
Pintu lanjut ini pun kiranya masih bisa dieksplor lagi. Karenanya butuh ekstra sabar, butuh kerja keras otak dalam mengurai menalar hingga menggugah “raksasa tidur”.
Namun ending sadar atau tidaknya, tetaplah di Tangan Yang Maha Kuasa. Manusia berusaha, Tuhan yg menentukan.
Andai manusianya tidak berusaha, menjadi mustahil kiranya Tuhan memberi membuka pintu hidayah-NYA.
Namun bila tertantang dengan tema ini, kemudian mau ikut urun kerja keras pikiran-perasaan dalam membuka, janji-NYA walau sebesar debu kebaikan, pasti akan diperhitungkan-NYA.
Kemudian bila kesadaran tunggal fitrah telah terbuka, maka pelatuknya :
- Mengimplementasikan ungkapan “barangsiapa mengetahui jati dirinya sendiri (fitrahnya diri), tentu akan mengetahui Jati Diri-Nya (Fitrah-NYA).
- Setelah mengetahui Jati Dirinya Tuhan (Fithrah-Nya), tentu akan mengetahui bodohnya diri.
Wa man ‘arofa Robbahu faqad jahula nafsahu.
Ngerti bodohnya diri, faqirnya diri, tidak bisa apa-apanya diri. Menyadari seyakinnya bahwa organ tubuh bisa bekerja, otak bisa bekerja, jantung paru-paru bisa bergetar, karena ada keterlibatan Tuhan didalamnya.
Mengetahui fitrahnya diri, mengenali Dzat Yang Maha Fitrah, kemudian tahu bodohnya diri, satu2nya kunci mutlak hanyalah berguru. Berguru pada Guru Al Wasilata (Guru Wasithah, Imamu Mubin, al Muthohharun, ahladzdzikri, Imam Zaman, al Hadi, an Nadzir,…).
Berguru sebagaimana yg dilakukan oleh para Nabi Rasul ketika masih muda.
Sebab para Nabi Rasul yg diberitakan dalam berbagai Kitab Suci, perjuangan awalnya adalah berguru. Tidak ujug-ujug (secara tiba-tiba) diangkat Tuhan sebagai Rasul-Nya.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.