SERI KRITIK–CERAHAN: Maha Guru?
Posted By Roni Djamaloeddin on May 13, 2024
Salam sejahtera, semoga ridho dan maghfirah-Nya selalu tercurah pada kita, Ammin.
Mohon maaf sebelumnya, bila diperbolehkan, saya hanya mengingatkan, mengkritisi, atau memberi masukan.
Dari berbagai ts yg saya baca, semoga guru tidak didudukkan sebagai rasul/nabi atau bahkan Tuhan.
__________________________Nn, al faqir.
Matur suwun diingatkan.
Tidak mungkin bisa dipungkiri, kita bisa membaca menulis seperti saat ini, karena guru. Kita bisa bersosial bermasyarakat punya etika tatakrama, juga karena guru.
Tanpa guru? Mungkin seperti tarzan.
Demikian pula hati nurani, roh, dan rasa (unsur-unsur penyusun jiwaraga manusia yang sifatnya batin, yg kadang tidak mampu dijangkau logika), apa yaa mungkin bisa pinter cerdas pada Tuhan, apalagi bijak di dalam Tuhan tanpa menghadirkan guru?
Sedangkan otak saja, tanpa pembelajaran dari guru/pembimbing/tutor/.. tdk akan pernah bisa pinter cerdas dengan sendirinya. Sekalipun belajar otodidaknya luar biasa.
Contoh sederhana, ketika puuingin sekali nyopir F-16. Dimana otak (pengetahuan) nol besar perihal kepesawatan.
Terus belajar otodidak baik lewat buku, ataupun mbah gogel. Endingnya kiranya bisa ditebak : pada karo nantang mati gosong.
Terlebih adanya perintah kullu fissilmi kaaffatan. Upayakan perjuangkan segenap unsur jiwa ragamu agar menjadi selamat (islam).
Dimana unsur-unsur jiwa raga kita adalah : jasad, hati nurani, roh, dan rasa. (https://ronijamal.com/islam-kaaffah/)
Dari sini muncul pertanyaan besar : mungkinkah bisa mengislamkan (menyelamatkan) roh dan rasa tanpa berguru?
_____belajar nderek nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.