TALINYA TUHAN?

Posted By on March 10, 2021

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, … (Ali Imron 103).

Tali Allah itu seperti apa, bagaimana?
Banyak sekali pendapat yang mendefinisi praktisnya. Misalnya : sholat, sholawat, dzikir, ilmu tauhid, …dlsb. Itu memang hak masing-masing dalam memaknai meyakininya. Karenanya tidak perlu saling klaim benar salah. Sebab al Haq min Rabbika.

Namun bila diurai secara logika, tali adalah sesuatu yang menghubungkan dua obyek atau lebih. Tali pusar misalnya, adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan janin. Tali penghubung antara induk dengan bakal anaknya.

Lha…kalau talinya Tuhan dengan manusia?
Sekali lagi, hak masing-masing dalam memahami mempercayai dan meyakininya.

Dalam pemahaman pengalaman kami, talinya Tuhan adalah implementasi inni ja’ilun filardhi khalifah. AKU hendak menjadikan Khalifah di muka bumi. Membuat mengutus wakil/khalifah/rasul/jubir Tuhan di muka bumi untuk semua manusia. Sebagai Duta Tuhan yang menjulur dari langit. Jadi bukan agama yang dibawa digelarnya, tapi sosok personalnya.

Mengapa Tuhan “perlu” membuat tali penghubung?
Karena manusia tidak butuh mengenal Tuhan secara pasti. Manusia tidak mengenal fitrah dirinya sendiri, sehingga dikuasai nafsunya. Bahkan hidupnya dijalani dengan perusakan dan pertumpahan darah. (http://ronijamal.com/tuhan-bergantung-pada-rasul/)

Mengapa sosok personalnya, kok bukan agamanya?
Sebab agama itu serangkaian undang-undang mutlak Tuhan, serangkaian peraturan langit yang mengada di langit, maka mesti ada yang mengurai dan menterjemah dalam bahasa manusia secara membumi dan sempurna. Dan itu meniscaya personal yang adalah buatan Tuhan sendiri.

Karenanya, personal yang dipilih dan dibuat Tuhan adalah sosok manusia “luar biasa” yang dilengkapi dengan berbagai mukjizat. Dibekali sifat maksum, terbebas dari kesalahan. Dan juga secara rasional, telah melalui proses pelatihan pendidikan (gulowentah) tugas fungsi secara tuntas sempurna, sebelum menerima tugas sebagai talinya Tuhan.

Jadi, mengadanya tali Tuhan itu tidak sulapan bim salabim. Bukan sekedar cerita eforia yang mengguncang jagad pemikiran. Juga bukan dogma warisan dari nenek moyang. Tapi benar-benar rasional keberadaannya di planet bumi.

Sehingga implikasi logisnya, ketika manusia tidak berpegang erat tali Tuhan, maka yang terjadi adalah cerai berai karena dipimpin dan disetir hawa nafsunya. Jagad shogir (jagad batin) gelap gulita karena hanya tali Tuhan yang mampu mencahayai dan membebaskan dari prasangka.

Jadi, sebagaimana kenceng kita gondelan talinya Tuhan?
PR abadi yang harus dijawab secara pasti selama jantung masih berdenyut, minal mahdi ilallahdi.

_____090321–belajar ngethut talinya Tuhan, dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.