SIAPA YANG MENCIPTA AHLI NERAKA?
Posted By Roni Djamaloeddin on August 16, 2023
Ada suatu persepsi bila Tuhan lah yang mencipta ahli neraka, ahli surga, ataupun ahli-ahli lain. Dalilnya, ketika ruh ditiupkan, maka sekalian ditetapkan ketentuan rezeki, ajal, amal, dan bahagia sengsaranya.
Sebagai implikasinya, hidup tinggal menjalani ketentuan Tuhan. Jadi ini jadi itu, mengalir alami apa adanya. Bahkan terkadang ada yang kelewat batas menjustis diri bila takdirnya di neraka, maka berbuat apapun sesukanya. Sehingga tak ada olah pikir olah nalar ataupun rekayasa nasib yang mutlak diperlukan. (https://ronijamal.com/rekayasa-nasib/)
Sementara di sebrang penalaran, ada yang mempersepsi bila masa depan setiap orang, yang menentukan adalah dirinya sendiri. Orang lain tidak ikut menentukan, walaupun punya peran penting. Semisal orang tua, guru, kyai ulama, teman dekat, hingga lingkungan. Dasarnya, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.
Lantas, dimana titik sinkronnya antara takdir yang sudah ditentukan saat ditiupkan ruh, dengan Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang?
Logika pemikiran yang mendasari, yang kemudian dibangun penalarannya, diantaranya :
Pertama, semua akal sehat sepakat bila setiap bayi yang lahir adalah dalam keadaan suci. Kemudian orang tuanya yang menjadikannya Yahudi Majusi Nasrani kafiri mukmini atau bahkan ateis.
Kedua, semua manusia ketika lahir diberi modal yang sama. Organ sistem organ indera otak nafas hati roh dan berbagai kelengkapan lainnya. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak mencermati dan menyadari keadilan Tuhan, berikut fakta penciptaan. (https://ronijamal.com/dimana-keadilan-tuhan/)
Ketiga, manusia didamparkan dalam kehidupan dunia adalah bentuk/wujud ujian Tuhan. Diuji karena telah menyatakan sanggup menerima amanah saat masih di alam arwah (alam dzar, alam fitrah). Sehingga implikasinya, beribadah pun sebagai wujud menjalani ujian. Beribadah yang mencapai ya’tiyakal yaqin. Bukan sekedar gugurkan kewajiban apalagi sebatas ritual yang miskin makna rasa.
Sedang bumi langit gunung yang waktu itu menyatakan tidak sanggup menerima amanah, maka mengadanya di alam dunia karena menjalani takdir penciptaan. Bukan menjalani ujian sebagaimana yang dipikul manusia.
Analogi sederhananya, sebagaimana halnya nasib para murid di sekolah, maka menjalani ujian kehidupan sekolah dengan sungguh-sungguh, atau biasa saja, atau bahkan menganggapnya remeh tidak penting, adalah pilihan manusianya. Bukan takdir dari lembaga sekolahnya.
Persis seperti pilihan antara beriman atau tidak beriman, yang juga wilayah pilihan manusianya. “Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” (Kahfi 29).
Sebagai aplikasinya, pilihan menjadi ahli surga atau ahli neraka, adalah pilihan manusianya. Bukan karena ciptaan Tuhan. Oleh karenanya, adanya persepsi bila Tuhan yang menciptakan seseorang menjadi ahli surga atau ahli neraka, bertabrakan dg Kahfi 29 tersebut.
Jadi, takdir nasib baik atau nasib buruk, ahli surga atau ahli neraka, adalah rahasia Tuhan yang tak seorang pun tahu. Manusia tidak layak mencampuri wilayah kuasa-Nya. (https://ronijamal.com/mengubah-takdir-atau-nasib/)
Sedang wilayah kuasa manusianya, adalah mengikhtiari diri. Membelajari diri, membelajari nasib masa depannya, mengislamkan hatinya, mengislamkan rohnya. Hingga tenor pinjaman modal roh nafas jasad berakhir dengan tancapan batu nisan.
___080823–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.