HATI YANG LUKA
Posted By Roni Djamaloeddin on April 9, 2025
Hati yang luka, dalam syair lagu tahun 87-an, karya OM yang dinyanyikan BS, endingnya adalah tinggal cerita. Namun menurut Jalaluddin Rumi, hati yang luka adalah pintu cahaya.
Dua kisah perihal hati yang luka ditinjau dari sisi yang berbeda : sisi luar dan sisi dalam. Dari sisi luar, hati yang luka ujungnya hanya tinggal cerita. Maksudnya merupakan kenangan pahit masa lalu, yang menjadi modal cerita.
Namun dari sisi dalam, hati yang luka adalah sebuah kisah yang merupakan pintu cahaya. Walaupun secara diametral memungkinkan jadi pintu bencana.
Hati yang luka, bila yang dominan fungsinya dalam jiwa adalah hati sanubari, maka akibat nyata adalah marah emosi yang mengundang dendam. Pada gilirannya menyimpan bom waktu menjadi bencana.
Namun bila yang dominan berfungsi dalam jiwa adalah hati nurani, maka hati yang luka akan menjadi pintu cahaya yang mencerah mengarah menjadi syukur, sabar, dan lapang dada. Bersyukur diberikan ujian cobaan yang sejatinya adalah pintu rohmat ampunan Tuhan.
Contoh sederhana, ketika mendengar “rasan-rasan” (ghibah, gunjingan) tetangga perihal kekurangan dan keburukan kita, maka bila yang dominan adalah hati sanubari, menjadikan dada tersinggung emosi kemropok (marah besar) bahkan dendam kesumat. Disinilah pintu bencana itu.
Namun bila yang dominan adalah hati nurani, maka menjadikan pintu cahaya masuk lebih besar. Membuka pintu koreksi diri lebih cermat dan mendalam. Belajar sabar lapang dada dan nyegara. Maka disitulah pintu cahaya Tuhan itu.
Sulit memang menerima hal menyakitkan dan mengubahnya menjadi hikmah kebaikan. Sebab fakta alami manusia memang demikian. Seolah tidak pernah ada pendidikan orang tua atau lingkungan atau bahkan lembaga pendidikan yang mengarahkan perkara menyakitkan menjadi hikmah cahaya.
Akhirnya, sebagaimana ketentuan-Nya, dua hati dalam rongga dada tidak akan berfungsi bersama (al Ahzab 4). Perlu olah pikir olah nalar olah rasa, dan sparing intensif tentangnya. Diantara materi sparingannya :
https://ronijamal.com/dua-hati/
https://ronijamal.com/menaklukkan-iri-dengki/
https://ronijamal.com/meredam-marah-emosi/
https://ronijamal.com/mencerdaskan-hati-nurani/
Selanjutnya, sebagaimana rumusan “Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya” sangat menuntut pecah cerahnya penalaran kita. Sehingga dengan gagah kesatriya berani berkata hati yang luka adalah cahaya ketuhanan.
___060425–belajar istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.