LAWAN KITA : HATI ATAU PIKIRAN?

Posted By on January 3, 2024

Sering kita mendengar jargon bahwa musuh kita adalah diri kita sendiri. Juga perintah : dan bunuhlah dirimu, hal itu adalah lebih baik bagimu disisi Tuhan (faqtuluu anfusakum, dzalikum khairul lakum ‘inda baari`ikum, QS.2:54).

Terus masalahnya, musuh sejati yang mesti dibunuh itu yang mana? Hati, atau pikiran, atau tubuh ini, atau yang mana?

Sedang Nabi Saw bersabda : Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu (hati). (HR Bukhari dan Muslim).

Namun dalam ulasan jabaran ilmu dzikir, yang digelar langsung oleh ahli dzikir (fas-alu ahladzdzikri), yang adalah Guru al Wasilata (yaa Imamu Mubin, Imam Zaman, Imam Mahdi, Satriyo Piningit, dll istilahnya), hati secara fungsional dibedakan menjadi dua : hati sanubari dan hati nurani. (https://ronijamal.com/dua-hati/)

Dua hati tersebut, fungsinya telah dinash dalam al Ahzab 4 : Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.
Maksudnya, dua hati tersebut tidak akan berfungsi bersama. Bila hati sanubari yang berfungsi, maka hati nurani yang mati. Sebaliknya, bila hati nurani yang berfungsi, maka hati sanubari yang akan mati.

Lalu hubungannya dengan akal?
Dalam risalah aguru-guru (risalah secara lisan dari para ahli dzikir yang sambung berantai secara kontinyu), akal adalah jendelanya hati. Akal adalah pintu cahaya yang akan masuk ke hati nurani.

Sehingga, ketika jendela (akal nalar) terbuka sempit, maka cahaya yang masuk ke hati nurani juga sedikit. Maka akibatnya, hati sanubari menjadi dominan menguasai jiwanya.

Sebaliknya, ketika jendelanya terbuka lebar maka cahaya yang masuk ke hati nurani menjadi banyak. Maka akibatnya, hati nurani yang merupakan tempat mengalirnya Nur Cahaya Ilahi menjadi lebih mudah nglenggono, lapang dada, sabar, tidak mudah grusa grusu, tidak mudah emosi, pemaaf, senang beramal senang beribadah senang berbuat kebaikan antara sesama …dst-dsb.

Al Ghozali menyebut akal adalah perdana menteri, sedang hati adalah rajanya. Sangat rasional. Akal memberi pilihan pikiran penalaran dan berbagai alternatifnya, hati yang ketuk palunya. Hati yang mengambil keputusannya.

Sedang dalam risalah Imam Ali, akal adalah tangan kanannya hati. Bila hati sanubari yang berfungsi, maka akal akan terboyong membantu sanubari.
Namun bila nurani yang berfungsi, maka akal akan terboyong membantu membela keinginan nurani.

Contoh praktis, ketika kehilangan sandal di masjid. Maka ketika sanubari yang dominan dalam jiwanya, maka akal bekerja mencari pengganti (berpikir negatif). Bisa mengambil sandal lain yang mirip. Atau kadang malah ngawur mengambil yang lebih baik.

Namun bila hati nurani yang dominan, maka ketika sandal hilang, akal nalarnya bekerja secara positif. Mungkin yang mengambil sedang ngidam sandal tersebut. Mungkin saya salah lupa menaruhnya. Mungkin dibuat mainan anak-anak. Mungkin diambil tuyul spesialis sandal. Mungkin….dst-dsb.

Sehingga akibat kerja akal nalar yang luas dan banyak, menjadikan hati lebih lapang dada. Lebih nyegoro (luas bak samudera). Lebih dewasa dan cenderung tua.

Contoh praktis lain dapat disimak pada https://ronijamal.com/perenungan-antara-belum-dan-bisa-berpikir/

Oleh karenanya, saking penting besar berharga dan menentukannya fungsi akal, Imam Ali berwasiat : kekayaan yang paling besar adalah akal.
Bahkan di berbagai ayat, para otak akal nalar disindir Tuhan dengan keras : afala ta’qiluuna (apakah kamu tidak menggunakan akalmu), afala tatafakkaruuna (apakah kamu tidak memikirkan), afala yatadabbaruna (apakah kalian tidak merenungkan), ..dst-dsb.

Jadi singkatnya, musuh kita sebenarnya adalah hati sanubari. Hati yang tumbuh alami seiring dengan tumbuhnya jasad.
Nama lainnya qalbun jasmaniyun dzulmaniyun. Wujudnya gelap, cahayanya juga gelap. (https://ronijamal.com/sanubari/)

Sedang hati rivalnya, hati nurani, tidak bisa tumbuh alami. Tidak bisa tumbuh subur dengan sendirinya. Ibarat otak, ia tidak bisa paham dengan sendirinya ilmu nuklir. Butuh ilmu khusus dan pembelajaran super-ekstra khusus. (https://ronijamal.com/mencerdaskan-hati-nurani/)

Sedang otak akal nalar, merupakan pasukan elit yang mampu mengantar islamnya hati, islamnya roh, hingga merdeka sejati fitrah manusianya. (https://ronijamal.com/hati-yang-islam/)

Karenanya, akal nalar harus mampu memecah mencerah tujuan yang sejati dihidupkan di alam dunia. Dan mampu menalar menjelajah secara pasti pula kemana pulangnya. Jangan sampai akal nalar ini jadi budaknya sanubari. Yang bahkan mestinya, harus bisa menjalani fungsinya sebagai al Mizan.

___191223–belajar olah nalar olah roh dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.