MA’RIFAT ITU…
Posted By Roni Djamaloeddin on November 27, 2021
Ma’rifat itu, seperti ketika Sunan Kalijogo dibaiat Guru Beliau, langsung menyatakan mati sementara, fan-dzat, mlebu alam kasampurnan. Beberapa saat kemudian dihidupkan normal lagi sebagai layaknya manusia.
Ma’rifat itu, seperti ketika gurunya gurunya gurunya….Guruku (dalam rantai silsilah) melakukan takbirotul ikrom, langsung leeess mlebu akherat. Mati sementara selama sholat itu berlangsung. Begitu imam sholat mengucap salam (tanda sholat selesai), Beliau terbangun dari akherat. Karenanya sholat disebut mi’rojul mu’minin.
Ma’rifat itu, seperti ketika gurunya gurunya Guruku (dalam rantai silsilah) dahar (makan) tahu, ujug-ujug mak greg, berhenti nafasnya berhenti jagat shoghir Beliau, menyatakan masuk alam kasampurnan. Mati sak jeroning ngaurip. Membuktikan Dawuh Nabi Saw “muutu qabla antamutu”.
Ma’rifat itu, bisa terjadi hanya semata-mata murni karena tarikan rahmat dan fadhal-Nya Tuhan. Mendapat berberan sawab dan berkah pangestu Guru Wasithah. Dengan ngelmu yg sama, Guru yg sama pula (bi-makna hakekat).
Ma’rifat itu, telah mengada semenjak khalifah-Nya yg pertama Nabi Adam diutus nggelar Ilmu Nur Muhammad. Terus berantai pada zaman kenabian. Terus berantai di jaman kemahdian (karenanya imam zamannya disebut Imam Mahdi). Dan akan selalu mengada (terus berantai) sampai jebating jagad.
Karena itu, ma’rifat bisa terjadi bila beragamanya patuh dan tunduk, pasrah bongkokan dihadapan Imam Zaman pada zamannya masing-masing. Tidak terpengaruh oleh “nama agama”-nya. Namun sangat terpengaruh (berbanding lurus) dengan seberapa khusyuk musningnya “kal mayyiti bayna yadi al-ghasili”. Memberlaku diri seperti mayat yang patuh mutlak di hadapan yg memandikan.
Karena itu, ma’rifat yang beginilah yang mesti aku pahami yakini selami hingga nafas berhenti.
______edisi share kontemplasi malam 23 Ramadhan 2017, sambil tansah belajar nderek dan nyandar Guru (Kyai Tanjung Sulaiman Jatayu).
Ma’rifat itu adalah ambah-ambahane rasa. Wilayah garapannya rasa (perasaan). Rasa yg unsur dasar manusia. Rasa yg juga fitrah manusia.
Ma’rifat itu yang bisa menggapainya hanyalah derajadnya Nabi Wali. Kaya kita-kita ini lir kadya kecebong nggayuh rembulan. Nyaris hil yg mustahal.
Ning kita tak boleh kecil nyali. Angger tut wuri dawuhe Rasul, itbak petunjuk Guru Zaman, tansah membelajari diri “kalmayyiti bayna yadi al-ghashili”, maka menjadi ada peluang Rembulannya yg ngudhun-ngudhuni si kecebong.
Namun demikian, ngambah ma’rifat yg ada pada dimensi 4 itu, terlebih dulu harus ngambah 3 dimensi sebelumnya. Dimensi Syareat, tarekat, dan hakekat.
Ngambah dimensi hakekatnya, adalah rohnya telah diislamkan. Rohnya telah bermartabat. (https://ronijamal.com/martabat-roh/)
Ngambah dimensi tarekatnya, adalah hatinya telah diislamkan. (https://ronijamal.com/hati-yang-islam/)
Mereka yg telah ngambah ma’rifat itu, secara tata laku syareatnya adalah :
Tertib dalam hal laku syareat. Segala hal kebaikan yg nampak dilihat mata, didengar mata, dan dapat dikerjakan oleh anggotanya jasad.
Pribadinya mesti mulia, sejuk menyejukkan, penuh damai dan mendamaikan.
Kepeduliaannya pada sesama sangat luar biasa.
Mewarisi sifat watak al-amin, sidiq, amanah, tabligh, fathonah.
Tutur katanya sejuk dan penuh kearifah, jauh dari kata2 menyakitkan dan keras kasar.
…..lanjut.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.