MENGAPA SANJUNGAN MENGHANCURKAN?
Posted By Roni Djamaloeddin on November 29, 2024
Sanjungan menghancurkan? Yaa, betul. Sebab sanjungan membuat tersanjungnya bangga marem puas diri. Tanpa disadari menghentikan potensi luar biasa ditempat pemahaman pengalaman yang dialami (dirasakan). Akibatnya, akal nalar tidak berkembang. Alias mati suri ditempatnya.
Sanjungan adalah apresiasi dari orang lain yang indah menyenangkan membanggakan. Namun, ia juga memabukkan menjerumuskan. Rasanya nikmat sesaat bagai madu, namun sesungguhnya racun yang mematikan. Mematikan potensi diri yang mestinya bisa berkembang jauh tinggi.
Contoh sederhana, ketika A disanjung pandai cerdas, maka kemudian menjadikan A puas bangga marem. Terkadang A terbius hingga lupa untuk terus belajar. Menjadi terlalai terlena bila di luar sana ada hukum di atas langit yang mesti dibelajari (ronijamal.com/di-atas-langit/).
Kemudian mengapa kebanyakan lebih memilih hancur?
Pertama, karena terjebak dalam ketidaktahuannya. Tidak (belum) sadar letak bodohnya diri, sehingga mencari cara sekaligus usaha agar disanjung.
Kedua, sejak kecil telah terbiasa dibuai kesenangan sesaat (dari sanjungan). Sangat minim bahkan nyaris tidak adanya pemahaman pencerahan dan pendidikan khusus dalam mensikapi sanjungan.
Ketiga, kurang seriusnya pemahaman pencerahan baik yang dilakukan orang tua, para pendidik, maupun usaha mandiri yang bersangkutan bila ada kenikmatan abadi yang berlawanan atau bertolak belakang dari sanjungan.
Keempat, belum pernah mendengar bila kenikmatan abadi dibalik sanjungan adalah nikmatnya berdzikir. Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub, ingatlah hanya dengan dzikir (mengingat Allah) hati menjadi tenteram (damai bahagia). (ronijamal.com/dzikir-tertinggi/)
Diperparah adanya prasangka, juga informasi besar (namun tidak mutlak) bila dzikir bisa dibelajari sendiri. Sementara perintah sangat jelas : fas-alu ahladzdzikri inkuntum laata’lamuna. Bertanyalah (bergurulah) pada ahli dzikir bila tidak tahu apa bagaimana ilmu dzikir itu.
Jadi, benar sekali nasehat itu :
Manusia lebih senang hancur dengan sanjungan daripada selamat melalui kritikan.
Walhasil, hidup adalah pilihan. Mau selamat atau mau hancur, pilihan masing-masing. Mau belajar ke negeri cina (bahkan hingga penjuru dunia) atau tidak, pilihan masing-masing. Mau menjustis suatu ilmu itu berguna atau tidak, juga pilihan masing-masing. (ronijamal.com/ilmu-paling-utama/)
Hingga pilihan terpenting dalam hidup :
mau beriman atau kafir, juga pilihan masing-masing (Kahfi 29).
Kesemuanya sangat tergantung akal nalar dalam mengeksplorasi dan memfungsikannya (al mizan).
___200824–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.