FENOMENA TIDURNYA ORANG BERILMU
Posted By Roni Djamaloeddin on December 28, 2024
Aneh sekali, tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh. Memangnya ada apa dengan tidurnya?
Padahal secara logika, yang namanya tidur itu tidak ada aktifitas sama sekali. Tidak menghasilkan apapun. Tidak ada maslahah atau kebermanfaatan terhadap orang lain. Namun sampai-sampai dikatakan lebih baik daripada ibadahnya (mungkin juga kinerjanya) orang bodoh. Ilmu apa gerangan sehingga menjadikan pelaku tidur itu lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh?
Sampai-sampai Nabi Saw secara khusus menyampaikan pesan penting pada Siti Aisyah, “wahai Aisyah! Sesungguhnya kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur.”
Apalagi pesan penting tersebut (sepengetahuan kami) tidak didukung dengan penjelasan rasionalnya. Atau mungkin hanya khusus bagi keluarga dekat nabi (ahli bait)?
Sebab dalam pengalaman kami, yang kami peroleh dari lelaku wasiat Nabi Saw : ‘alaikum bisunnatii, kami simpulkan ilmu dimaksud adalah ilmu dzikir. (ronijamal.com/bisunnatii/)
Ilmu yang merupakan aplikasi (tindak lanjut) perintah fas-alu ahladzdzikri inkuntum laata’lamuna. Bertanyalah (bergurulah) pada ahli dzikir bila tidak tahu apa bagaimana ilmu (isinya) dzikir itu.
Sebab faktanya, bilamana telah berilmu dzikir, maka segala gerak aktifitas dan keluar masuknya nafas ada isinya. Ada dzikirnya. Sehingga dikatakan sholat daim (ronijamal.com/apa-itu-sholat-daim/).
Bahkan tidurnya pun, belajar ittibak Nabi : Sesungguhnya kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak tidur. (ronijamal.com/tidur-yang-mulia/).
Mungkinkah bisa demikian?
Sangat mungkin. Analisis rasionalnya :
Pertama, dengan ilmu dzikir yang sama persis dengan ilmu dzikirnya Nabi Saw, maka sangat dimungkinkan bisa mengikuti meneladani jejak Beliau, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Kedua, hanya dengan ilmu dzikir, yang mampu mengantar pemeluk (pelaku, penyelamnya) mencapai batin/hati yang Islam. Maka dengan sendirinya (memaksa) hatinya kelet dalam dzikir. Maqam pada ilmu dzikir. (ronijamal.com/hati-yang-islam/)
Ketiga, Nabi Saw sebagai panutan (uswatun hasanah) manusia sejagad hingga kiyamat, sebelum wafat telah melimpahkan sepenuhnya kebisaan (penguasaan) dzikir saat tidur tersebut pada ahli yang dikader sempurna sebelumnya. Terdokumen dalam hadits : Aku (Nabi Saw) adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. …dst. (ronijamal.com/kisah-pintu-kota-ilmu/).
Keempat, fakta nyata yang kami saksikan dengan mata kepala sendiri. Bukan kata orang lain, bukan kata buku. Bahwa tidurnya mata, tapi hatinya dzikir, itu benar adanya. Ada sosok yang dibuat Tuhan demikian.
Kelima, benar sekali fatwa Imam Ali : bertanya kepadaku sebelum kau kehilangan aku. Aku yang secara hakekat termaktub dalam rantai silsilah bisunnatii.
Sehingga simpul akhirnya, benar sekali ungkapan syair dalam tembang Pucung :
Ngelmu iku (ilmu itu),
Kelakone kanthi laku (tercapainya dg laku),
Lekase lawan khas (awalnya dg khusus),
Tegese khas nyantosani (semakna yubayi’unaka, al Fath 10).
….dst.
___021224–belajar share dan olah nalar dalam istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.