NIKMAT vs RASA
Posted By Roni Djamaloeddin on July 22, 2023
Nikmat adalah ungkapan rasa. Senang susah bahagia, juga ungkapan rasa. Ada yang wilayah materi, asin manis pahit kecut seger getir, adalah ungkapan rasa juga. Ada juga yang wilayah kulit/fisik, gatal sakit keri (geli) lega plong angglong, juga ungkapan rasa. Serta ratusan ribuan ungkapan rasa lainnya.
Karenanya, semua manusia tidak bisa lepas dari rasa merasa terasa. Walau ada yang mengatakan telah mati rasa. Tidak bisa merasakan asin pahit manis. Atau ujung jarinya telah mati rasa. Tapi matinya mungkin sementara atau sepihak. Karena ada masalah instrumen tertentu (pengecap), atau karena terganggu fungsinya (sakit). Namun rasa-rasa yang lain masih aktif, tidak ikut mati. Semisal masih merasakan dingin takut sakit cemas khawatir, dan lain sebagainya.
Saat tidurpun, rasa merasa terasa juga ada. Semisal mimpi dikejar atau kelahi dengan demit hantu. Maka begitu bangun langsung terengah-engah, ndredeg ketakutan. Bahkan ada yang benar-benar njarem (terasa sakit semua) seluruh tubuhnya.
Oleh karenanya, dalam ilmu dzikir (yang diperintahkan fas-alu ahladzdzikri) dijelaskan bahwa rasa adalah unsur dasar (unsur utama) manusia. Rasa juga disebut sebagai fitrah manusia. Fithratallaahillatii fatharan-naasa ‘alaihaa (ar Rum 30), fitrah Allah yang menciptakan fitrah manusia dari Fitrah-Nya sendiri.
(https://ronijamal.com/apa-itu-rasa/)
Dalam ilmu tersebut juga dijelaskan bila tugas pokok fungsi (tupoksi) utama rasa bukannya merasa-rasakan sebagaimana rasa-rasa di atas. Bukan merasakan pegel jibek takut nikmat susah sengsara, tapi “maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah” (ar Rum 30).
Menghadapkan wajah manusianya pada Wajah Tuhan, adalah hati (sisi lembutnya adalah rasa) mendzikiri Dzatullah dalam keadaan apa saja. Berdiri duduk berbaring, beraktifitas apapun, bagaimana pun. Hingga dicontohkan Nabi sambil tidur pun istikomah berdzikir. (https://ronijamal.com/dzikir-saat-tidur/)
Karenanya, rasa yang belum sadar akan jati dirinya, belum tahu pasti tugas fungsi utamanya, perlu disekolahkan. Istilah kunonya digurukan. Dibangkitkan dari kuburnya. Yaitu bangkit dari merasa-rasakan hiruk pikuk gonjang-ganjingnya jiwa raga beserta dunia seisinya, bangkit menuju istikomah tumakninah menghadap Wajah Ilahi.
(https://ronijamal.com/bangkitkan-rasa/)
Memenuhi menjalani perintah udhulu fissilmi kaaffatan (https://ronijamal.com/islam-kaaffah/). Walau secara lahiriah tetap lumrahnya manusia umumnya. Bekerja berumah tangga bermasyarakat bernegara berdunia sesuai profesinya.
Namun secara batiniahnya nyingkrih (bertapa, menyendiri, uzlah) dari lumrahnya manusia umumnya. Rasa yang digunakan merasakan nikmatnya dunia, dihijrah menuju merasakan nikmatnya Wajah Ilahi Robbi.
Mungkinkah?
PR abadi minal mahdi ilallahdi.
___180723–belajar istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.