KEBENARAN ITU SEPERTI APA?
Posted By Roni Djamaloeddin on June 17, 2025
Klaim kebenaran itu sangat banyak macam dan jumlahnya. Klaim kebenaran ilmu pengetahuan, kebenaran ilmu agama, kebenaran sudut pandang (persepsi), kebenaran pengalaman pribadi, dst-dsb. Hingga puncaknya kebenaran absolut yang tidak bisa diganggu gugat : al Haq min Rabbika.
Kebenaran-kebenaran tersebut, selain yang dari dan milik Tuhan, sangat dimungkinkan terjadi perbedaan. Baik dari segi nilai, obyektifitas maupun waktu. Sifatnya relatif. Benar menurut A belum tentu benar menurut yang lain. Akibatnya, dimungkinkan terjadi gesekan, perpecahan, maupun puncaknya peperangan pembunuhan.
Contoh sederhana, kebenaran matematika yang satu tambah satu adalah dua, tidak berlaku dalam kebenaran rumah tangga, yang satu tambah satu hasilnya banyak. Kebenaran mempersepsi angka enam, tidak berlaku pada kebenaran lawan hadapnya yang mempersepsi angka sembilan.
Karenanya, kebenaran yang sifatnya relatif, mesti diupayakan secara serius agar tidak menimbulkan gesekan dan perpecahan. Caranya dengan belajar memahami kemudian mengaplikasi benar di dalam benar. (ronijamal.com/benar-di-dalam-benar/)
Pada taraf yang lebih halus lembut, khususnya kebenaran dalam beragama, kebenaran yang ada sangat rawan terjadi gesekan dan perpecahan. Masing-masing penganut agama mengklaim agamanya yang paling benar. Selain agamanya adalah salah.
Salah satu contoh nyata adalah ketika memaknai Ali Imran 19 : sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Pemaknaan yang “mispersepsi” tersebut sering mengundang gesekan, perpecahan, hingga pertumpahan darah.
Sebab dalam makna lain, ad-din adalah al khudhu’ al mutlaq. Pasrah total secara mutlak. Sehingga ayat tersebut bisa dimaknai : sesungguhnya siapa yang pasrah total secara mutlak disisi Tuhan, dialah yang selamat (diselamatkan Tuhan).
Pasrah totalnya meliputi empat unsur anasir jiwa raga : jasad, hati nurani, roh, dan rasa. Sehingga bila disinkronkan dengan al Baqarah 208 (udkhulu fissilmi kaaffatan), maka keempat anasir jiwa raga tersebut mesti diupayakan diselamatkan semua. Selamatnya lahiriah, selamatnya batiniah, selamatnya ruhyah, selamat dunia akherat. (ronijamal.com/islam-kaaffah/)
Jadi, ketika ada rasa merasa benar, sejatinya terlempar dari kebenaran. Rasionalnya, merasa benar adalah menabrak al Haq min Rabbika. Bila dikaitkan dengan islam kaaffah, merasa benar itu posisi roh yang belum diselamatkan (belum diislamkan). Roh yang merupakan pinjaman Daya Kuat Tuhan, diaku (diambil alih paksa) sebagai daya kuatnya hamba.
Sedangkan turunan varian merasa benar, merasa telah berbuat baik, maupun merasa-merasa lainnya sangat banyak sekali. Misal sederhana, telah membantu orang kelaparan sehingga tidak mati, kemudian bangga marem telah bisa menolong membantu, maka perbuatan mulia tersebut bisa dikatagorikan benar tapi tidak dalam kebenaran.
Karena sangat halus lembut melangitnya nilai-nilai kebenaran di dalam Tuhan, Nabi Saw lebih dari 17 kali memohon agar ditunjukkan jalan lurus kebenaran-Nya. Dan kita sebagai pengikut pengaku umatnya, mesti itbak tut wuri apa yang telah dicontohkan diteladankan. (ronijamal.com/tunjukkan-jalan-yang-lurus/)
Walau dalam mengitbaknya, hanya mampu satu langkah, mesti dimulai dijalani. Kemudian diupdate terus pemahaman pengalaman dengan selalu memohon ditunjukkan dalam kebenaran-Nya.
____160625–belajar istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.