MENGEJAR SURGA?

Posted By on September 5, 2021

Dalam wikipedia, surga atau juga sorga (bahasa Sanskerta svarga, “kayangan”) adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya.

Dalam bahasa Jawa, kata tersebut diserap menjadi swarga. Sorga dalam bahasa Arab disebut jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah thian (?).

Sementara dalam literatur kewalian, atau warisan ilmunya wali songo, surga didefinisikan “mak jenthit lolo lobah”. Versi arabnya, innal jannata Laqiya Robbaka. Sesungguhnya surga itu suasana rasa bertemu (menyatu) hamba dengan Tuhannya.

Yang bertemu menyatu adalah rasa (fitrah manusia), bukan wujud fisik. Adalah wujud hakiki yang disebut manusia (dimensi empat). Rasa yang adalah percikan Dzat Yang Maha Fitrah. Fithratallaahillati fatharannasa ‘alaiha (QS.30:30). Fitrah Allahlah yang mencipta fitrah manusia dari Fitrah-NYA sendiri.

Terus, mengapa mengejar (memburu) surga? Padahal belum tahu pasti wujud yang dikejar?
Jawabnya adalah sesuai dengan pemahaman penalaran masing-masing.
Biarlah kita dan mereka mengejar memburu final-target hidupnya masing-masing.

Sementara dataran praktisnya, mengejar surga dapat dianalogikan seperti anak TK yang memburu mainan yang dia suka. Bisa pula diserupakan dengan remaja kasmaran yang mengglibet target pujaannya. Bisa pula digambarkan pebisnis yang memburu dollar sebanyaknya. Bisa pula dikisahkan ‘abid (orang yang taat beribadah) mengharap pahala sebanyaknya–hingga masuk surga.

Atau simpelnya, mengejar surga yang dimaksud adalah surga dalam pemahaman penalaran masing-masing.
(https://ronijamal.com/surga-dalam-pengalaman/)

Pemahaman pengalaman saya, mengejar (memburu) surga adalah sebagaimana yang diteladankan Wali Songo. Wujud fisik tetap lumrah wajarnya manusia, bekerja berumah tangga bersosial berbangsa bernegara, tetapi hati nurani roh dan rasa belajar maqam pada Yang Maha Rasa, Dzat Yang Maha Fitrah.

Itbak tut wuri apa yang diteladankan Nabi Adam. Diutus jadi Khalifah (Wakil) Tuhan di muka bumi, tetapi rasa hatinya di Surga.
Menjalani dunia, tetapi rasa hatinya tidak manggon di dunia. Menjalani orgasme tetapi rasanya tidak hanyut dalam nikmat surgawinya, melainkan mancat ke akherat (surga).
(https://ronijamal.com/surganya-nabi-adam/)

Bisakah mungkinkah kita yang manusia “ngam” ini mengitbak tut wurinya?
Sangat mungkin bisa. Dengan syarat :

  • punya ilmu yang sama dan guru yang sama. Ilmu yang diturunkan dan dijaga sendiri oleh Tuhan(QS.15:9).
  • memberlaku diri patuh tunduk dihadapan Wakil Tuhan, sebagaimana sikap malaikat yang sujud kepada Adam.
  • meniti (nguwot, jawa) shirothol mustaqim yang berupa tujuh buah jalan.
    (https://ronijamal.com/7-buah-jalan/)

Dengan demikian, simpulnya :
Mengejar surga adalah wilayah pemahaman pengalaman masing-masing.
Implikasinya, lakum dinukum bisa dibreakdown atau dideferensialkan menjadi bagimu surga targetmu, bagiku surga targetku.
Mari berburu surga target masing-masing dengan tidak saling sikut, tidak saling menyalahkan, tidak merasa kenul-kenul ahli surga, juga tidak merasa bener sendiri pemahaman pengalamannya.
Terus berlomba nyemplung surga (mulih ke akhirat, ilaihi rojiun). Fastabikhu al-khairat, fastabikhu al-jannah.

_____300821, belajar sparing akal nalar dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.