RASIONALISASI BUAH KHULDI

Posted By on June 18, 2023

Secara bahasa, istilah buah khuldi berasal dari kata Syajaratul-khuldi, yang berarti pohon keabadian atau pohon kehidupan. Sebagaimana yang dibisikkan syaitan : “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thaha 120).

Dalam risalah aguru-guru, risalah pitutur langsung secara berantai tidak pernah putus dalam jalur silsilah kemursyidan (guru al Wasilata), buah khuldi adalah senjata kelakian. Bahasa vulgarnya alat reproduksi laki-laki.

Disebut pohon keabadian atau pohon kehidupan, rasionalnya, karena disitu tempat disimpannya benih bakal calon manusia. Sehingga ketika benih itu ditanam (dalam rahim), maka keberlangsungan populasi manusia terjaga abadi. Tidak punah dan tidak binasa.

Kemudian mengapa justru menjadi buah larangan terhadap Adam Hawa?

Setetes pemahaman pengalaman berguru kami, Adam Hawa bertempat di surga itu adalah wilayah roh rasanya. Bukan wilayah fisiknya. Jasadnya tetap sebagaimana lumrahnya manusia umumnya. Yaa makan minum, bekerja, berumah tangga bermasyarakat berdunia, mengajak ummat ilaihi rojiun (salah satu tugas kenabian), berkarya dengan FB WA medsos (kalau sekarang), …dst-dsb. (https://ronijamal.com/seri-soal-solusi-fenomena-adam/)

Sedang bertempat di surga, adalah rasa hati yang kelet (dikelet, digenggam Tuhan) hanya merasa-rasakan indah nikmat bahagia di dalam Dzat/Wajah/Cahaya Tuhan. Hal demikian bukanlah sesuatu yang aneh dan sulit. Tuhan memang menjadikan demikian, khusus kekasih sekaligus utusan-Nya. Hanya Fun Fayakun, maka jadilah ia.

Sehingga praktiknya, ketika Adam berkumpul (mengumpuli) istri, tidak merasakan nikmatnya orgasme. Juga tidak berminat menikmatinya. Demikian pula ketika menjalani hiruk pikuk segala kesulitan ribet glamournya dunia, rasa hati tidak hanyut dalam dunia. Karena rasanya digenggam Tuhan berada di surga. Damai abadan abada di surga. (https://ronijamal.com/surganya-nabi-adam/)

Lha… surga itu apa?
Sunan Kalijogo mendefinisikan surga : innal jannata laqiya Robbaka. Versi tembangnya, mak jenthit lolo lobah (dalam tembang Sluku sluku bathok). Yang artinya sesungguhnya surga itu suasana rasa (perasaan) bertemunya hamba dengan Tuhannya.

Bagaikan setetes air laut yang terdampar didaratan, terbungkus jasad, kemudian setetes air laut tersebut menyatu dengan air laut lagi. Fitrah manusia yang menyatu dengan Dzat Yang Maha Fitrah.

Dengan demikian simpulnya, Adam yang menjalani kewajiban suami istri, sehingga punya anak cucu cicit….dst, awalnya tidak merasakan nikmatnya setubuh. Padahal kebanyakan orang mengatakan itu adalah surga dunia.

Namun karena kena bujuk rayu bisikan jahat setan, untuk menikmati merasakan buah khuldi (yang mampu mengantar ke kehidupan abadi), jadi terpedayalah dia. Padahal sudah diperingati Tuhan jangan dekati pohon itu.

Sehingga setelah diturunkan didamparkan di dunia, rasa hatinya kemudian merasakan pahit getir susah nelangsa kawatir jibek marah frustasi seperti manusia umumnya. Juga merasakan nikmatnya buah khuldi seperti manusia lainnya.

Kemudian nilai rasional yang perlu kita itbaki, adalah tut wuri nderek (mengikut) lelaku (perjuangan) Nabi Adam. Mujahadah merangi rasa perasaan yang terbiasa menikmati kiyer-kiyernya buah khuldi, menuju indahnya menikmati Wujud/Cahaya Dzat Yang Maha Indah Sempurna. Memakai menggunakan tapi belajar tidak merasakan.

Bisakah, mungkinkah?
Pitutur bijak mulia mengatakan : Innamal a’malu binniyat. Menafikan (melupakan) harapan surga yang dipahami kebanyakan orang pada umumnya (https://ronijamal.com/tidak-mengharap-surga/). Dan menjadikannya pr tugas abadi minal mahdi ilallahdi, sepanjang hayat dikandung badan.

___130623–belajar olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.