RASIONALISME BANYAK AGAMA
Posted By Roni Djamaloeddin on March 18, 2023
Informasi gogel menyatakan bahwa bumi ini dihuni lebih dari 4000 macam agama. Namun sayangnya, info tersebut tidak menjelaskan latar belakang munculnya banyak agama tersebut. Juga tidak menjelaskan urutan kemunculannya.
Yang memprihatinkan, belum mampu memahami menyelami ada apa dibalik turunnya ribuan agama tersebut, diklasifikasi sepihak oleh manusia. Semisal, klasifikasi agama wahyu dan non wahyu, klasifikasi agama misionaris dan non misionaris, agama rasial dan universal, dlsb.
Diperparah dengan dominannya watak nafsu, yang merasa benar merasa suci dari agama lain. Juga kentalnya sikap mendewakan agama (golongan, aliran, mahdzab) yang dirumangsani (dirasai) paling benar dari yang lain.
Sehingga mempertajam jurang pemisah pembeda antar agama. Makin memperkokoh kotak-kotak (parsialistik) atas nama agama. Hingga pada titik kritisnya terjadi saling ejek saling fitnah hingga perang antar agama. Maupun berbagai turunannya, berupa perseteruan antar mahdzab/aliran/golongan.
Dalam pemahaman pengalaman berguru kami (ilmu hakekat, ilmu makrifat, ilmu dzikir, ilmu sangkan paraning dumadi, ilmunya satriyo piningit, ilmu fitrah diri), nilai-nilai rasional dibalik turunnya ribuan agama, diantaranya :
Pertama, semua ajaran agama asalnya dari Tuhan, untuk semua manusia di bumi. Di balik Maha Rohim dan Maha Belas Kasihnya, kerso (berkenan) memberi pertolongan kepada penduduk bumi, melalui ajaran (syareat) yang dibawa para khalifah/wakil/utusan-Nya.
Logikanya, sebelum mengenal menyelami agama, sikap watak manusia adalah suka membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Sebagaimana yang diproteskan golongan malaikat ketika Tuhan akan mengangkat Adam sebagai khalifah/wakil/rasul di muka bumi (Baqarah 30).
(https://ronijamal.com/mengapa-malaikat-protes/)
Sehingga, diturunkannya agama pertama melalui khalifah Adam, sebagaimana definisi a=tidak, gama=rusak, yaitu agar manusianya tidak rusak secara menyeluruh. Tidak rusak jasadiahnya, tidak rusak hatinya, tidak rusak rohnya, juga tidak rusak rasanya (fitrah manusianya). Mampu merdeka membebaskan diri dari watak suka membuat kerusakan dan pertumpahan darah, dan justru menjadi pemakmur di muka bumi.
Kedua, turunnya agama adalah secara bertahap, beda jauh zamannya. Bukan turun sekaligus bersama-sama. Sehingga implikasinya, agama Y merupakan update dari agama X, agama X update dari agama W (sebelumnya), dan seterusnya, yang semuanya atas Maha Kuasa Tuhan semata. Dibawa digelar langsung oleh khalifah/wakil/rasul yang juga selalu diupdate Tuhan.
Rasionalnya, tanpa adanya petunjuk langsung dari langit, maka manusia tidak akan pernah mengenal ilmu menuju langit. Manusia tidak akan bisa ilaihi rojiuna, kecuali hanya duga kira prasangka belaka. (https://ronijamal.com/sesungguhnya-agama-itu-untuk-apa/)
Contoh paling dekat, enam ratusan tahun pasca meninggalnya (atau murca) Nabi Isa, selalu diupdate dengan rasul-rasul berikutnya, yang silsilah/sanad kerasulannya tidak terputus hingga Nabi Saw. Dibarengi dengan update syareat (agama) sesuai jamannya masing-masing. Istilah (ajaran) cinta kasih dengan sendirinya terupdate dengan istilah (ajaran) selamat (Islam). Walaupun praktik cinta kasih mesti tetap berlaku.
Demikian pula dengan kisah yang terjadi pada agama-agama jauh sebelum Kristen dan Islam. Istilah dan syareatnya yang mengalami pergantian nama (update), rohnya agama tetap sama.
Ketiga, para rasul yang diutus menggelar syareat (agama) update dari Tuhan, tidak mengklaim dan tidak mengkotak-kotak ajarannya dengan atas nama agama. Juga tidak menciptakan nama agama. Melainkan mengajak manusia untuk pulang (mulih) dengan selamat kembali ke akherat.
Para rasul juga mengajarkan bila rumongso bener (merasa benar) atas apa yang ada dalam agamanya, adalah hina dihadapan Tuhan. Karena menabrak al haq min Rabbika, kebenaran adalah dari dan milik Tuhan. (https://ronijamal.com/agama-suci/)
Keempat, analogi sederhana terupdatenya agama adalah seperti kisah berlakunya UUD negara kita. Mula-mula berlaku UUD 1945. Kemudian diupdate dengan konstitusi RIS 1949. Kemudian update lagi dg UUDS 1950. Kemudian kembali pada UUD 1945 hingga sekarang. Maka, tidak menutup kemungkinan bila beberapa abad bahkan ribuan tahun kedepan diupdate dengan UUD yang baru. Disesuaikan zamannya.
Kelima, adanya ribuan agama tersebut, saat digelar langsung oleh para khalifah/wakil/rasul-Nya, rohnya adalah sama. Yang beda hanya istilah dan syareatnya. Rohnya sama, yaitu ilmu mengenal fitrah jati diri manusianya, yang sekaligus mengenal kembali Dzat Yang Maha Fitrah. Kenal pasti Wujud/Dzat/Cahaya Tuhannya, seperti ketika masih di alam arwah (alam dzar, alam fitrah).
(https://ronijamal.com/andai-mampu-menyelami/)
Simpulnya, karena Tuhan sendiri telah memvonis innahu kana dzaluman jahula, jauh sebelum manusia diturunkan diciptakan di muka bumi, maka Tuhan juga membuat solusi yang mampu mengatasi agar tidak terpedaya oleh watak dzaluman jahula tersebut. Yaitu adanya ayat lakum dinukum waliyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Bila dimaknai lebih jeruu dan melangit, ad-din yang al khudu’ al mutlaq (patuh tunduk secara mutlak), maka maknanya menjadi bagimu urusanmu berlaku patuh tunduk secara mutlak dihadapan Tuhanmu, dan bagiku menjadi urusanku berlaku patuh tunduk secara mutlak dihadapan Tuhanku.
Namun bila faktanya masih tetap ada gesekan pada antar agama, antar golongan/aliran/mahdzab, maka dengan berat hati ditegaskan dalam nurani : nasibmu yaa nasibmu, nasibku yaa nasibku. Masing-masing diri yang bertanggung jawab memecah mencerah akal nalarnya, mendidik mengajar rohnya, hingga menentukan nasibnya sendiri. Andum slamet.
—–010323_belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.