MAKAN UNTUK MATI?

Posted By on February 6, 2023

Hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Dua kalimat yang seakan-akan sama benarnya. Seolah merupakan dua peristiwa yang saling membutuhkan. Padahal jauh beda konteksnya.

Hidup untuk makan, adalah hidup yang hanya mementingkan masalah makan. Seolah tiada aktifitas yang lebih penting selain makan. Memori yang ada dalam benak pikiran hanya makan makan dan makan.

Sementara makan untuk hidup, adalah makan untuk memenuhi keberlangsungan hidup. Makannya sebagai pasokan energi sehingga kuat bekerja beraktifitas berpikir bersosial berdaya guna terhadap masyarakat luas. Makannya dalam rangka mendapat kekuatan untuk menggapai cita-cita dan tujuan hidup. (https://ronijamal.com/hidup-yang-sejati/)

Situasi yang demikian, otomatis makannya dalam suasana nrimo ing pandum. Tidak ada kemrungsung dan angah-angah. Menjauh dari bujuk rayu jebakan nafsu bangsa hewan.

Namun yang jelas, siapapun orangnya apapun makanannya sama-sama menghindari kematian. Sebab tanpa makan maka jelas akan mati. Namun demikian, walaupun sangat tertib disiplin makan, yang namanya mati pada saatnya pasti akan menghampiri. Sebab perkara hidup mati telah menjadi ketetapan Tuhan saat berumur 120 hari dalam kandungan.

Lalu, mana yang benar di antara keduanya?
Tergantung persepsi pemahaman pengalaman masing-masing, mana yang dianggap benar. Hak mutlak masing-masing untuk memilih dan menjalaninya. Itu bagian dari nasib yang manusianya sendiri yang harus menentukan.

Namun bagi kami, yang kami yakini-jalani adalah makan untuk mati. Yaa…makan untuk belajar menjemput mati. Di antara hierarki anak tangganya meliputi :

Pertama, makan sebagai pasokan energi dalam tubuh. Dengan makan maka menjadi kuat untuk berkembang, berproses, bernalar, bersubhanaka mancat ke akherat.

Kedua, makan dijadikan sarana latihan merasakan akherat. Praktiknya, saat makan makanan yang disukai maupun yang tidak disukai, bahkan makanan yang sangat² enak, rasa (fitrah manusianya) dilatihi dibelajari tidak merasakan enaknya makanan. Tapi dibelajari merasakan enak nikmatnya merasakan ilmu (isinya) dzikir.

Ketiga, makan merupakan modal menjalankan perintah muutu qabla antamutu, belajar mati sebelum mati yang sesungguhnya terjadi. (https://ronijamal.com/seri-soal-solusi-mati-sebelum-mati/)

Keempat, makan dijadikan salah satu alat/sarana menjemput hidup abadi. (https://ronijamal.com/menjemput-hidup-abadi/)

Sebagai implikasi visi misi makan untuk mati, kemudian memutlakkan peduli dan hati-hati terhadap apa yang dimakan. Tidak berani meninggalkan satu upo pun (satu butir nasi) dalam piringnya. Sebab sangat takut menyia-nyiakan menyembrono kawulane Pengeran (makhluk ciptaan Tuhan) . (https://ronijamal.com/sunnah-rosul-2/)

Juga sangat hati-hati dan cermat teliti terhadap nilai sehat atas apa yang dimakan. Sebab faktanya, zaman sekarang banyak sekali beredar produk makanan minuman yang tidak sehat. Sehingga akibatnya pun banyak yang mati di usia muda, karena rusak organ dalamnya mengonsumsi makanan tidak sehat. Disebabkan memikir menalar permakanannya tidak kandas tuntas.

___280123–belajar share dan olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.