MANUSIA, ROBOT MAINAN TUHAN?
Posted By Roni Djamaloeddin on April 23, 2025
Membanding-bandingkan antara manusia dengan robot, walaupun secara khusus sama-sama mendapatkan daya kuat dari luar diri, sungguh tidak pantas. Apalagi menyimpulkan manusia seperti robot mainan Tuhan.
Beberapa hal yang mendasari ketidakpantasannya, diantaranya :
Pertama, dari latar belakang penciptaan. Latar belakang manusia diciptakan dalam kehidupan dunia adalah sebagai bentuk ujian. Ujian karena telah berani memikul amanah, yang sejatinya tidak ditawarkan pada manusia. Melainkan ditawarkan pada langit bumi gunung yang notabene adalah makhluk luar biasa besar. Dan mereka semua menyatakan diri tidak sanggup menerima amanah Tuhan.
Sedang latar belakang penciptaan robot adalah atas dasar kebutuhan manusia sang penciptanya. Tak ada hubungan amanah sama sekali, saat masih di alam ide.
Kedua, dari sisi amanah persaksian kesaksian.
Amanah yang telah disanggupi manusia ketika di alam dzar (alam arwah, alam fitrah) adalah perihal persaksian kesaksian. Karenanya, kehidupan dunia adalah membuktikan kesanggupan persaksian kesaksian itu, yang terdistribusi dalam semua bentuk/bidang aktifitas duniawi.
Sementara amanah persaksian kesaksian yang disanggupi robot? Tak ada sama sekali.
Ketiga, dari sisi power yang ditiupkan.
Peniupan power atau daya kuat pada jasad manusia, yang kemudian disebut roh, adalah saat janin berusia 4 bulan dalam kandungan. Peniupan roh bersamaan dengan ketetapan : rezeki, amal perbuatan, umur/ajal, serta bahagia sengsaranya.
(ronijamal.com/mengapa-kita-dipinjami-roh/)
Karena status peniupan roh tersebut adalah pinjaman, maka si penerima pinjaman mesti mengembalikan. Termaktub dalam perintah : udkhulu fissilmi kaaffatan. (ronijamal.com/islam-kaaffah/)
Sedang peniupan power atau daya pada robot, adalah suka-suka manusia dalam meng-onkan. Atau sesuai kebutuhan. Bagai kipas angin yang suka-suka manusianya meng-on/off-kan.
Keempat, dari ujian rintangan yang diberikan.
Semua kehidupan manusia di dunia, adalah dalam rangka menjalani ujian. Ujian sebagai konsekuensi sanggup menerima amanah. Karenanya, hidup sekarang mesti bisa menemukan menentukan tujuan hidup yang sesungguhnya. (ronijamal.com/tujuan-hidup-sesungguhnya/)
Sementara pada robot, tidak punya tujuan hidup. Hidupnya diprogram sesuai kebutuhan penciptanya.
Kelima, dari ending kehidupan.
Akhir dari kehidupan manusia adalah bisa pulang menyatu kembali dengan Dzat Yang Maha Sempurna. Ditandai atau dicirikan dengan jasad/raga yang membusuk dan lebur menyatu dengan tanah. Hati ‘adam (tidak ada yang diingat-ingat). Roh sirna (sirna di alamnya Tuhan). Dan rasa kembali menyatu dengan Dzat Yang Maha Sempurna. (ronijamal.com/mati-slamet/)
Sedang robot, endingnya dihancurkan. Tak ada makhluk yang abadi. Hancur dengan sendirinya, atau dihancurkan.
___170425–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.