PITUTUR NGGRANTES
Posted By Roni Djamaloeddin on October 4, 2022
Bagaimana tidak dikatakan pitutur (nasehat) yang nggrantes (menyayat hati meratap sedih pilu), yang meninggal saja seolah-olah memberi nasihat langsung : ELINGO SIRO, SAIKI AKU SESUK KOWE (ingatlah kalian, sekarang saya yang mati, besok kamu).
Nggrantesnya, walau hanya tulisan, seolah mewakili yang terbujur kaku didalamnya memberi nasehat. Sedang biasanya, bila yang menuturi adalah sesamanya, kyai tokoh ulama ortu, hasilnya kurang menusuk relung jiwa. Seolah seperti angin lalu.
Demikian pula ketika dalilnya bicara : wa kafaa bil mauti wa idzho (cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat). Dalil ini pun kadang kurang mampu menusuk jiwa. Kurang mampu menjewer hati dan menculek akal nalar.
Sementara faktanya (pengalaman meguru), dalam disiplin “Ilmu Permatian” (istilah lainnya : ilmu hakekat, ilmu sangkan paraning dumadi, ilmu dzikir), klasifikasi mati itu ada dua. Mati slamet dan mati tidak slamet (kesasar). (Selengkapnya dapat disimak pada https://ronijamal.com/klasifikasi-mati/)
Fakta lainnya, mati adalah pintu gerbang alam kebangkitan. Disebut alam kebangkitan karena alam terbukanya bangkit kesadaran yang sesadar-sadarnya atas segala tingkah laku yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Sadar semua kesalahan yang telah dilakukan. Sadar mengapa dulu sibuk memburu harta gelar jabatan kehormatan prestise status sosial status keagamaan…dst-dsb. Sadar mengapa dulu tidak memburu mempersiapkan sangu mati. Sadar atas salah besarnya mengapa dulu kok tidak mencari (berguru) ilmu mati. Sadar sesungguhnya ilmu mati mana yang benar di antara 75 golongan yang mengajarkan dan mengaku (rumongso) ajarannya yang benar. Sadar sadar sadar atas kesalahan yang sangat³ buanyak telah diperbuat (walau semisal menyia-nyiakan sebutir upo).
Fakta lainnya dalam ilmu permatian adalah sangat banyak mereka yang telah mati, tapi tidak bisa masuk akherat. Jasadnya mati, tapi roh rasanya tidak masuk akherat. Rohnya pindah ke alam lain. Alias kesasar, tersesat, masuk ke alam penasaran. Masuk ke alamnya setan demit tuyul pocong gendruwo …dlsb. (https://ronijamal.com/mati-slamet/)
Sehingga ketika menjumpai tulisan yang menggranteskan itu, apalagi lengkap dengan pasangan dan asesorisnya, “kereto jowo roda menungso” (kereta Jawa rodanya manusia), rasanya jantung ini seakan terhenti sementara. Ampeg seseg (dada terasa sesak) rasanya. Terus uleng-ulengan ide pikiran hayalan perasaan membayangkan… dan sejenisnya.
Kemudian bayangan pikiran perasaan yang muncul :
- Aku pasti akan begitu. Entah beberapa hari, bulan, tahun kedepan, pasti mengalami seperti itu. Karena itu, aku harus belajar dari Guru al Wasilata (al Wustho, Imamu mubin, al Mahdi, Imam Zaman, …dst) perihal mati sebelum mati. (https://ronijamal.com/seri-soal-solusi-mati-sebelum-mati/)
- Belajar mati itu belajar mengajegkan nurani ingat isinya dzikir. Belajar menafikan diri, menafikan wujud selain Wujud-Nya. Sekaligus belajar mengitsbatkan isi makna kalimat Toyyibah. Kalimat mulia yang bila ditimbang dengan bumi pitu langit pitu, masih berat timbangan kalimat nafi itsbat yang dalam hati menghadirkan maknanya.
- Belajar mati itu bisa dilakukan dengan mengumpulkan atau melengkapkan tertibnya syareat dan hakekat. Sama maknanya dengan meniti jalan shirothol mustaqim : dzohiruhu syareat wa batinuhu hakekat. Lahirnya menjalankan tertibnya syareat, batinnya ngambah tertibnya hakekat. (https://ronijamal.com/islam-kaaffah/)
- Munculnya rasa nggrantes, mak dieg, harus aku tepis dengan cara silem dalam isinya ilmu dzikir. Sebab rasa nggrantes itu merupakan tanda bila aku masih labil, goyah menyikapi menjalani kahanan. Mestinya istikomah dan damai dalam “alaa bidzikkrillahi tathmainnul qulub” (hanya dengan berdzikir hati menjadi tentram). Sebab dzikir itu bisa mengatasi segala keadaan duniawi, termasuk kematian saudara tetangga dan sejawat.
- Rasa nggrantes yang spontan itu karena rasa takut yang berlebihan bila mati saya nanti tidak slamet. Alias mati kesasar, tidak bisa masuk (mulih) ke akherat. Astaghfiiiiiiiiirrr.
Simpulnya, aku harus berdoa dengan sangat khusyuk dan kontinyu dalam hati, sebagaimana ajeg dan kontinyunya nafas, agar ditunjukkan dan dijaga dalam jalan lurusnya Tuhan.
(https://ronijamal.com/tunjukkan-jalan-yang-lurus/)
Dijauhkan dari mental rasa nggrantes yang berkepanjangan. Sebab itu semua adalah bagian kecil cobaan ujian yang harus dihadapi setiap manusia.
_____290922–belajar tafakkur mikir jeruu dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.