BELAJAR ILMU IKHLAS?
Posted By Roni Djamaloeddin on September 27, 2022
Banyak orang mengatakan aku ikhlas kehilangan ini itu. Aku ikhlas hutangnya tidak dibayar. Aku ikhlas kepergian/kematiannya. Aku ikhlas dimadu, dst-dsb. Apakah ungkapan-ungkapan ikhlas itu benar-benar ikhlas?
Belum tentu. Sebab ikhlas itu tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Ikhlas itu tidak bisa dimisalkan dengan buang hajat, yang bersih tidak nyanthol dalam hati. Ikhlas juga tidak bisa disejajarkan tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu apa-apa.
(https://ronijamal.com/rasionalisasi-ikhlas/)
Ikhlas itu ada ilmu khususnya. Ilmu yang menunjukkan rahasia HUWA. Huwa yang ahad. Huwa yang awwalu akhiru. Huwa yang musamma Asmaul Husna. Huwa yang lebih dekat dari nafasnya sendiri, lebih dekat dari tulang sumsumnya sendiri.
Istilah lain ilmu ikhlas adalah ilmu dzikir. Ilmu yang diturunkan dan dijaga sendiri oleh Tuhan. Inna nahnu nazzalna adz-dzikra wainna lahu lahafidzun. Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Ilmu Dzikir, dan Kami pula yang menjaganya.
Oleh karenanya, diperintah untuk bertanya kepada ahlinya. Tidak bisa hanya diprasangka, duga-duga, kira-kira, reka-reka dari tempat yang jauh, apalagi berdasar katanya-katanya. Fas-alu ahladzdzikri inkuntum laa ta’lamuuna. Bertanyalah (bergurulah) pada ahli dzikir bila tidak tahu apa bagaimana dzikir itu.
Sehingga mampu membedakan dengan pasti mana dzikir mana wirid. Tidak lagi terjebak kata orang banyak yang mempersepsi sama antara dzikir dan wirid. Juga tidak anut grubyuk pada kebanyakan mereka yang menyebut dzikir.
Setelah hati nurani punya ilmu dzikir, tahu pasti rahasia HUWA, kemudian belajar menyatakan bahwa Huwa lah yang sejatinya wujud. Qul huwa Allah Ahad. Nyatakan (bukan sekedar katakan) dalam hati nurani bila isinya Huwa yang sejatinya Wujud, Yang Maha Esa.
Sedang dunia seisinya, termasuk wujud jiwaraga adalah faan. Hakekatnya tidak ada, tidak wujud. Semu, bayang-bayang, fatamorgana, ilusi.
Karenanya, nama suratnya adalah surat al-ikhlas. Bahwa ikhlas itu adanya dalam hati nurani. Hati nurani yang telah digurukan, sehingga kenal pasti yang sejatinya Wujud. (https://ronijamal.com/sparing-nalar-dimana-kata-ikhlasnya/).
Setelah mengenal pasti (telah berguru) ilmu dzikir, telah mengenal rahasia HUWA, kemudian belajar melanggengkan isinya dzikir (yaa isinya Huwa) dalam setiap hembusan nafas. Belajar istikomah tumakninah maqam pada dzikir. Di dalam menjalani segala aktifitas yang dihadapi. Disitulah belajar ilmu ikhlas itu. (https://ronijamal.com/belajar-ikhlas/).
Namun dibalik belajar ilmu ikhlas itu, ada nafsu yang pasti menghadang. Karena itu mesti mendidik diri, menjinakkan melerepkan mengendalikannya. Hingga harus bisa menungganginya. Sebab hanya nafsu itulah kendaraan yang disiapkan Tuhan untuk bisa mulih kepada-NYA lagi.
(https://ronijamal.com/tujuh-macam-nafsu/)
Contoh sederhana belajar ilmu ikhlas, ketika akan marah tersinggung, maka segera ditepis dengan ilmu dzikir. Dzikirnya digaspool, sambil mendidik menasehati bahkan memarahi diri bila marah tersinggung adalah dosa.
Demikian pula ketika muncul rumongso ngerti rumongso bener, segera diperangi dilerepkan sendiri. Dengan ngegas dzikirnya, dan nyuwun ampun pangestu pada yang menunjukkan ilmu dzikir.
Jadi simpulnya, belajar ilmu ikhlas itu mesti pada “Guru Suci” yang hak dan sah (https://ronijamal.com/guru-suci/). Bukan kepada tokoh ilmuwan kyai ulama hebat dunia.
_____240922–belajar share, olah nalar olah olah roh olah rasa nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.