TUHAN TIDAK BUTUH IBADAH KITA?

Posted By on May 25, 2023

Analogi butuhnya bos perusahaan dengan karyawannya, sama sekali tidak bisa disejajarkan sedikitpun dengan keberadaan Tuhan dan manusia. Sebab hubungan bos dan karyawan adalah dua entitas yang saling membutuhkan. Bos butuh karyawan dan karyawan butuh bos. Ada simbiosis mutualisme didalamnya.

Sementara hubungan Tuhan dengan manusia, laisa kamitslihi syaiun. Benar-benar beda secara mutlak dengan hubungan apapun manapun. Tak ada yang sama dari aspek mana pun. Termasuk hubungan “butuh” dengan manusia.

Jadi, kurang layak (kurang pantas) bila mempersepsi Tuhan tidak butuh ibadahnya hamba. Sebab faktanya, tak seorang pun tahu pasti kersane Pengeran. Tak seorang pun tahu butuh tidaknya Tuhan pada ibadahnya hamba. Jadi, biarlah itu jadi wilayah mutlak Tuhan. Sedang yang kita pegang erat adalah bahwa kita sangat butuh Tuhan.

Sebagaimana ayat : “Wahai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (Fatir 15).

Sebab faktanya, bernapas pun tanpa kehadiran Tuhan, tidak mungkin bisa. Berpikir tanpa daya kuat Tuhan, tidak mungkin bisa. Bahkan semua obah osik tanpa terlibatnya Tuhan, juga tidak mungkin bisa dilakukan.

Sehingga, sebuah hal yang irrasional (tidak masuk akal) bila hamba ini tidak butuh Tuhan. Tidak butuh mengenal pasti Dzat/Wujud/Cahaya-Nya. Tidak butuh tahu pasti dunia ini untuk apa, dan bagaimana menyelesaikan sesuai siliring qudrat-Nya.

Oleh karenanya hipotesis yang bisa dimunculkan terkait butuh tidaknya Tuhan pada ibadah kita, dan mengapa kita mesti butuh menghamba dan menyembah kepada-Nya. Sedikitnya ada lima hal :

Pertama, memahami fakta penciptaan. Nalar rasional mesti memahami bila pencipta itu sak maunya sendiri dalam mencipta yang dia suka. Manusia sebagai pencipta sesuatu, juga sesuka hatinya dalam mencipta apa yang dia butuhkan. Bahkan hingga mencipta matahari buatan, adalah suka-suka manusianya.

Terlebih Tuhan, maha sak kersane Piyambak (sak maunya sendiri) dalam mencipta makhluk. Termasuk mencipta kita manusia, dilengkapi jagad ginaib dalam dada, berbagai unsur mikrokosmos, makrokosmos, menjadikan berkeluarga bersuku berbangsa berdunia, dst-dsb.

Karenanya, dibalik fakta penciptaan ini, mestinya si makhluk berpikir keras mencari tahu maksud dan latar belakang penciptaan, dan untuk apa diciptakan. (https://ronijamal.com/breaking-news-kenapa-saya-lahir/)

Kedua, setelah memahami fakta penciptaan, maka belajar menyadari dan menyelami bahwa hidup ini adalah ujian. Segala bentuk keadaan kedudukan kegiatan kenyataan adalah ujian Tuhan. Ujian besar dibalik fakta penciptaan. Ujian karena telah sanggup menerima amanah. Ujian dalam rangka bisa menyatu kembali dengan Tuhan. Dan seterusnya dan sebagainya.

Ketiga, implikasi dari sadar ujian adalah menggarap (mengerjakan) materi ujian dengan khusyuk, serius, dan profesional. Diniatkan dalam rangka mancat mulih (bertekad kuat pulang) ke akherat. Menafikan iming-iming (imbalan) surga dan menjauhi mental sikap takut neraka. Sadar seyakinnya bila yang dibutuhkan, yang dituju, sekaligus yang ditakuti adalah Dzat Pemilik Surga Neraka. (https://ronijamal.com/tidak-mengharap-surga/)

Keempat, segala gerak dan nafas adalah sarana (dijadikan alat) untuk fasjudnii (menyembah AKU, Dzat Pencipta). Mengaplikasi ayat : “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku” (Thoha 14). (https://ronijamal.com/jangan-sembah-nama/)

Kelima, sebagai wujud nyata menyembah AKU adalah menjaga tegaknya sholat Ada’ dan sholat Daim. Sholat Ada’ adalah sholat yang telah ditentukan syarat rukun dan tatacaranya. Ia adalah sholat wajib lima waktu maupun berbagai macam sholat sunah lainnya.

Sedang sholat daim adalah sholat yang ajeg. Ajeg tegak dalam ashsholatu lidzkri. Ajeg kontinyu ingat isinya ilmu dzikir. Sehingga sholat daim adalah berbagai macam aktifitas berdunia yang didalamnya hatinya selalu ingat dzikir. Ingat isinya ilmu dzikir. Yaa ingat isinya Huwa. (https://ronijamal.com/apa-itu-sholat-daim/)

Menyembah Tuhan sama sekali tidak bisa dibandingkan menyembah raja, menyembah algojo, menyembah logo/simbol Tuhan, menyembah patung, dan lain semacam. Juga tidak bisa dicoba-coba, dikira-kira, diprasangka, maupun berbagai retorika rekayasa.
Tapi sebagaimana yang telah dicontoh diteladankan utusan-NYA.
(https://ronijamal.com/makna-menyembah/)

Dengan demikian simpulnya, biar saja orang mengatakan Tuhan tidak butuh ibadahnya hamba. Saya tetap sangat³ butuh menyembah, mencintai, mengedani, merojiuni, hingga sirnanya aku dalam Yang Maha AKU.

___160423–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.